Selasa, 24 Januari 2017

Analisis Kasus Sumber Daya Manusia – Tugas Softskill Psikologi Manajemen

Nama   : Ellisa Ariningtyas
NPM   : 13514510
Kelas   : 3PA11
Universitas Gunadarma

Kasus
Ricuh Pemangkasan Karyawan Bank Danamon
JAKARTA, GRESNEWS.COM - Di tengah terik matahari sekitar 500 pegawai Bank Danamon melakukan longmarch dari bundaran tugu tani menuju Gedung Menara Danamon di Jalan Rasuna Sa'id, Jakarta Selatan, kemarin. Mereka memprotes perlakuan manajemen Bank Danamon yang dianggap sewenang-wenang terhadap karyawannya. Mereka menuding manajemen Bank Danamon telah melanggar UU Ketenagakerjaan, karena memutuskan hubungan kerja (PHK) massal terhadap sejumlah karyawannya.

Abdoel Moejib ketua Serikat Pekerja (SP) Danamon mengungkapkan bahwa Demo dilakukan setelah berbagai macam upaya dialog dan pertemuan resmi dengan pihak Manajemen tak memperoleh titik temu. Pihaknya bahkan telah meminta bantuan Pengadilan Penyelesaian Hubungan Industri (PPHI) untuk menyelesaikan persoalan ketenagakerjaan di Danamon.

"Sayangnya Manajemen tidak bergeming," ujar Abdoel Moejib di sela sela unjuk rasa, Jumat (28/10).

Dalam demo itu, SP Danamon mengajukan 10 tuntutan, dalam Sepultura Danamon. Antara lain meminta manajemen Danamon menghentikan PHK masal, menghentikan training cara PHK karyawan, menolak bentuk outsourcing dan pengurangan iuran dana pensiun.
Abdoel mengungkapkan selama ini hubungan Sp dengan pihak Danamon bisa dibilang tidak menunjukkan hubungan industrial yang harmonis. Fungsi balancing yang diharapkan menjadi peran SP terhadap manajemen belum berjalan seperti seharusnya. Sebab manajemen tidak menempatkan SP sebagai mitra yang setara, dimana setiap pengambilan keputusan ketenagakerjaan pihak SP tidak dilibatkan secara optimal. Akibatnya putusan yang dihasilkan selalu mengecewakan dan memancing amarah pekerja.

Menurutnya beberapa kebijakan yang menyentuh langsung ke kesejahteraan karyawan sama sekali tidak dikomunikasikan ke SP. Kesejahteraan secara gradual dikurangi, termasuk soal penilaian prestasi. Banyak karyawan yang mempunyai kinerja serta prestasi yang bagus tetapi tetap dinilai buruk sehingga berdampak ribuan karyawan tidak naik gaji dan mendapatkan bonus sesuai ketentuan. "Penilaian tersebut juga membuat 10 ribu karyawan di PHK dalam 3 tahun terakhir," ujarnya.

Setelah aksi selama 2 jam, ada informasi perwakilan SP dipanggil masuk ke dalam gedung menara Danamon oleh manajemen untuk melakukan negosiasi. Tetapi sampai di dalam para perwakilan SP merasa ditipu, pasalnya setelah mendatangi lantai 15. Pihak manajemen sama sekali tidak menemui perwakilan SP dan negosiasi yang dijanjikan tidak pernah ada.

"Kami dibohongi, tak ada konfirmasi apa pun dan tak ada yang menemui kami di atas," ungkap Muhammad Afif, selaku Sekjen SP Danamon kepada gresnews.com di depan gedung menara Danamon,Jumat (28/10).

Setelah pihak Manajemen tidak menggubris aksi mereka, maka pada tanggal 10 November mereka mengancam akan melakukan aksi dalam jumlah massa yang lebih besar. Sebab mereka merasa Danamon telah memperlakukan mereka secara tidak manusiawi, padahal Danamon diketahui untung lebih dari Rp2,5 triliun, tetapi menganggap 30 persen karyawannya tak bisa bekerja melalui penilaian kinerja yang tak masuk akal.

"Sudah tidak ada jalan lain, maka aksi 10 November adalah harga mati. Semoga otoritas ikut turun tangan" tegasnya.

Analisis Kasus :
Dalam kasus ini manajemen Danamon dianggap telah melakukan PHK masal dan emo yang dilakukan karyawan saat itu adalah menuntut antara lain meminta manajemen Danamon menghentikan PHK masal, menghentikan training cara PHK karyawan, menolak bentuk outsourcing dan pengurangan iuran dana pensiun. Selain itu juga banyak karyawan yang mempunyai kinerja serta prestasi yang bagus tetapi tetap dinilai buruk sehingga berdampak ribuan karyawan tidak naik gaji dan mendapatkan bonus sesuai ketentuan. "Penilaian tersebut juga membuat 10 ribu karyawan di PHK dalam 3 tahun terakhir. Menurut pendapat saya pihak manajemen terutama SDM, harus lebih mementingkan kesejahteraan  karyawannya dan memberikan apa yang seharusnya diberikan sesuai dengan kerja keras karyawan dan juga pengambilan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan harus melibatkan dan di setujui oleh semua pihak yang terkait. Pihak manajemen Danamon juga seharusnya lebih membuka diri dan mencari solusi dari masalahnya tanpa melakukan PHK.


Selasa, 17 Januari 2017

Psikologi Manajemen - Meningkatkan Kinerja Karyawan (Gunadarma)

Nama   : Ellisa Ariningtyas     
NPM   : 13514510
Kelas   : 3PA11

Meningkatkan Kinerja Karyawan

Kinerja seorang karyawan merupakan hal yang bersifat individual, karena setiap karyawan mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda - beda dalam mengerjakan tugasnya. Pihak manajemen dapat mengukur karyawan atas unjuk kerjanya berdasarkan kinerja dari masing - masing karyawan.
Kinerja adalah sebuah aksi, bukan kejadian. Aksi kinerja itu sendiri terdiri dari banyak komponen dan bukan merupakan hasil yang dapat dilihat pada saat itu juga.
Pada dasarnya kinerja merupakan sesuatu hal yang bersifat individual, karena setiap karyawan memiliki tingkat kemampuan yang berbeda dalam mengerjakan tugasnya. Kinerja tergantung pada kombinasi antara kemampuan, usaha, dan kesempatan yang diperoleh.
Hal ini berarti bahwa kinerja merupakan hasil kerja karyawan dalam bekerja untuk periode waktu tertentu dan penekanannya pada hasil kerja yang diselesaikan karyawan dalam periode waktu tertentu.
Berdasarkan keterangan di atas dapat pula diartikan bahwa kinerja adalah sebagai seluruh hasil yang diproduksi pada fungsi pekerjaan atau aktivitas khusus selama periode khusus. Kinerja keseluruhan pada pekerjaan adalah sama dengan jumlah atau rata - rata kinerja pada fungsi pekerjaan yang penting.
Fungsi yang berkaitan dengan pekerjaan tersebut akan dilakukan dan tidak dilakukan dengan karakteristik kinerja individu.
Kinerja yang tinggi dapat tercapai oleh karena kepercayaan (trust) timbal balik yang tinggi di antara anggota - anggotanya artinya para anggota mempercayai integritas, karakteristik, dan kemampuan setiap anggota lain.
Untuk mencapai kinerja yang tinggi memerlukan waktu lama untuk membangunnya, memerlukan kepercayaan, dan menuntut perhatian yang seksama dari pihak manajemen.


Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
1.      Kinerja baik dipengaruhi oleh dua faktor :
a.       Internal (pribadi)
-          Kemampuan tinggi
-          Kerja keras
b.       Eksternal (lingkungan)
-          Pekerjaan mudah
-          Nasib baik
-          Bantuan dari rekan – rekan
-          Pemimpin yang baik
2.       Kinerja jelek dipengaruhi dua faktor :
a.       Internal (pribadi)
-          Kemampuan rendah
-          Upaya sedikit
b.      Eksternal (lingkungan)
-          Pekerjaan sulit
-          Nasib buruk
-          Rekan - rekan kerja tidak produktif
-          Pemimpin yang tidak simpatik

Cara - Cara untuk Meningkatkan Kinerja
1.      Diagnosis
Suatu diagnosis yang berguna dapat dilakukan secara informal oleh setiap individu yang tertarik untuk meningkatkan kemampuannya dalam mengevaluasi dan memperbaiki kinerja. Teknik - tekniknya : refleksi, mengobservasi kinerja, mendengarkan komentar - komentar orang lain tentang mengapa segala sesuatu terjadi, mengevaluasi kembali dasar - dasar keputusan masa lalu, dan mencatat atau menyimpan catatan harian kerja yang dapat membantu memperluas pencarian manajer penyebab - penyebab kinerja.
2.      Pelatihan
Setelah gaya atribusional dikenali dan dipahami, pelatihan dapat membantu manajemen bahwa pengetahuan ini digunakan dengan tepat.
3.      Tindakan

Tidak ada program dan pelatihan yang dapat mencapai hasil sepenuhnya tanpa dorongan untuk menggunakannya. Analisa atribusi kausal harus dilakukan secara rutin sebagai bagian dari tahap - tahap penilaian kinerja formal.

Selasa, 10 Januari 2017

Psikologi Manajemen - Perencanaan dan Pengembangan Karir (Universitas Gunadarma)

Nama   : Ellisa Ariningtyas
NPM   : 13514510
Kelas   : 3PA11

Psikologi Manajemen – Perencanaan dan Pengembangan Karir

Pengertian Perencanaan Karir
Perencanaan karier terdiri atas dua suku kata, yaitu perencanaan dan karier. Perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Karier adalah semua jabatan atau pekerjaan yang dimiliki atau dipegang selama kehidupan kerja seseorang. Orang-orang mengejar karier untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu secara mendalam.
Perencanaan karier (career planning) adalah suatu perencanaan tentang kemungkinan seorang karyawan suatu organisasi atau perusahaan sebagai individu meniti proses kenaikan pangkat atau jabatan sesuai persyaratan dan kemampuannya. Yaitu suatu proses dimana individu dapat mengidentifikasi dan mengambil langkah-langkah untuk tujuan-tujuan kariernya.
Pengertian Pengembangan Karir
Pengembangan karier merupakan implementasi dari perencanaan karier. Untuk itu pengembangan karier dapat didefinisikan sebagai semua usaha pribadi karyawan yang ditujukan untuk melaksanakan rencana kariernya melalui pendidikan, pelatihan, pencarian dan perolehan kerja, serta pengalaman kerja.
Tujuan dan Manfaat Perencanaan dan Pengembangan Karir
1.    Persamaan karier (career equity). Karyawan menginginkan adanya kesamaan di dalam        sistem promosi dan kesempatan memajukan karier.
2.    Masalah pengawasan (supervisory consern).
3.    Kesadaran akan adanya kesempatan (aware ness of opportunity).
4.    Minat karyawan (employment interest).
5.    Kepuasan karir (career statisfaction).

Tujuan Perencaan Karir
1.    Meluruskan strategi dan syarat-syarat karyawan intern (aligns strategy and internal staffing).
2.    Mengembangkan karyawan yang dapat dipromosikan (develops promotable employees).
3.    Memudahkan penempatan ke luar negeri (facilitates international placement).
4.    Membantu di dalam keanekaragaman tenaga kerja (assists with workforce diversity).
5.    Mengurangi pergantian (lower turnover).
6.    Menyaring potensi karyawan (taps employee potential).
7.    Meneruskan pertumbuhan pribadi (furthers personal growth).
8.    Mengurangi penimbunan (reduce hearding).
9.    Memuaskan kebutuhan karyawan (satisfies employee needs).

Tujuan Pengembangan Karir
Andrew J. Dubrin (1982) menguraikan sejumlah tujuan pengembangan karir yang dijabarkan sebagai berikut:
1.        Membantu pencapaian tujuan individu dan perusahaan.
2.        Menunjukkan hubungan kesejahteraan pegawai.
3.        Memperkuat hubungan antara pegawai dan perusahaan.
4.        Membuktikan tanggung jawab sosial.
5.        Membantu memperkuat pelaksanaan program-program.
6.        Mengurangi turnover (pergantian karyawan karena mengundurkan diri).
7.        Mengurangi keusangan profesi dan manajerial.
8.        Menggiatkan analisis dari keseluruhan pegawai.
9.        Menggiatkan pemikiran (pandangan) jarak waktu yang panjang.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perencanaan Karir
Beberapa faktor yang mempengaruhi perencanaan karier, antara lain:
1.     Tahap kehidupan karier.
2.     Dasar karier atau jangkar karier.
Ada lima perbedaan motif dasar karir yang menjelaskan jalan bagi orang-orang untuk memilih dan mempersiapkan karirnya, di mana mereka menyebutnya sebagai jangkar karir (career anchors), antara lain:
a)        Kemampuan manajerial.
b)        Kemampuan fungsional-teknis.
c)        Keamanan.
d)        Kreativitas.
e)        Otonomi dan kebebasan.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Karir
Beberapa faktor yang mempengaruhi pengembangan karier, antara lain:
1.        Hubungan Pegawai dan Organisasi.
2.        Personalia Pegawai.
3.        Faktor Eksternal.
4.        Politicking Dalam Organisasi.
5.        Sistem Penghargaan.
6.        Jumlah Pegawai.
7.        Ukuran Organisasi.
8.        Kultur Organisasi.
9.        Tipe Manajement
Unsur-unsur Program Perencanaan Karir
1.        Penilaian individu tentang kemampuan, minat, kebutuhan karir dan tujuan.
2.        Penilaian organisasi tentang kemampuan dan kesanggupan pegawai.
3.  Komunikasi informasi mengenai kebebasan memilih dan kesempatan karir pada  organisasi.
4.   Penyuluhan karir untuk menentukan tujuan-tujuan realistik dan rencana untuk            pencapaiannya.

Unsur-unsur Program Pengembangan Karir
      1.      Membantu pegawai dalam menilai kebutuhan karier internnya sendiri.
      2.      Mengembangkan dan mengumumkan memberitahukan kesempatan-kesempatan karier             yang ada dalam organisasi.

3.      Menyesuaikan kebutuhan dan kemampuan pegawai dengan kesempatan-kesempatan              karier.