Nama : Ellisa
Ariningtyas
NPM : 13514510
Kelas : 3PA11
Gangguan Eksibisionistik dan Terapi Penyembuhan
Gangguan eksibisionistik adalah salah satu gangguan kesehatan
mental dimana seseorang menampilkan alat kelaminnya pada orang asing atau orang
yang tidak menginginkannya dalam rangka pemuasan kebutuhan seksual. Ketika
menunjukkan alat kelaminnya, individu dengan gangguan eksibisionistik
berfantasi tentang masturbasi atau melakukan masturbasi, namun tidak disertai usaha
melakukan perilaku seksual dengan orang di hadapannya. Gangguan eksibisionistik
lebih banyak terjadi pada laki-laki dan korbannya biasanya perempuan, baik anak
di bawah umur maupun dewasa, yang sedang lengah. Jika tidak tertangani dengan
baik, gangguan eksibisionistik dapat mengganggu kemampuan individu dalam relasi
sosial dan relasi intimnya. Oleh karena itu, individu dengan gangguan
eksibisionistik perlu mendapatkan bantuan psikologis professional untuk dapat
mengelola gangguannya tersebut.
American Psychiatric Association (APA) menyebutkan bahwa gangguan
eksibisionistik merupakan bagian dari parafilia. Parafilia adalah sekelompok
gangguan yang mencakup ketertarikan seksual terhadap objek yang tidak wajar
atau aktivitas seksual yang tidak pada umumnya. Dengan kata lain, terdapat
deviasi atau penyimpangan (para) dalam ketertarikan seseorang (filia). Fantasi, dorongan, atau perilaku seksual yang menyimpang
harus berlangsung setidaknya selama 6 bulan dan menyebabkan distress atau hendaya yang signifikan sebelum dinyatakan
sebagai diagnosa gangguan mental. Parafilia juga terkait dengan ketertarikan
secara seksual pada individu atau obyek seksual yang tidak tepat atau tidak
berdasarkan kesepakatan (non-consentual); serta perilaku seksual yang menyimpang dari norma
sosial-budaya yang diakui dalam budaya secara umum.
Kriteria Gangguan eksibisionistik dalam DSM V adalah:
- Berulang, intens, dan terjadi selama 6 bulan, fantasi,
dorongan, perilaku yang menimbulkan gairah seksual yang berkaitan dengan
memamerkan alat kelamin kepada orang lain yang tidak dikenalnya yang tidak
menduganya
- Orang yang bersangkutan bertindak berdasarkan dorongan
tersebut, atau dorongan dan fantasi menyebabkan orang tersebut sangat
menderita atau mengalami masalah interpersonal
Terapi Penyembuhan
Walaupun secara umum, prognosis (prediksi perkembangan gangguan)
pada kasus penyimpangan seksual cenderung negatif atau dengan kata lain, sangat
sulit untuk mencapai kesembuhan dengan arti kata sama sekali merubah
penyimpangan. Namun ada beberapa usaha untuk mencegah kambuhnya perilaku
penyimpangan seksual, terutama dalam rangka mencegah timbulnya korban atau
penderitaan baik pada individu maupun orang lain. Komponen yang paling utama
dibidik dalam program intervensi penyimpangan seksual adalah faktor kognitif.
Program tersebut antara lain teknik-teknik kognitif yang bertujuan meluruskan
distorsi keyakinan dan mengubah sikap yang tidak benar terhadap perempuan.
Berbagai upaya terutama untuk meningkatkan empati mereka terhadap korbannya,
manajemen kemarahan, berbagai teknik untuk meningkatkan harga diri dan upaya
untuk mengurangi penyalahgunaan zat.
Dalam psikoterapi individual, individu dengan gangguan
eksibisionistik diajarkan pendekatan coping dalam mengelola hasrat seksualnya
yang mendesaknya untuk menampilkan alat kelaminnya ke orang lain. Dalam
psikoterapi, individu diajak memetakan bagaimana emosi, pikiran dan distorsi
kognitifnya dapat mengakibatkan dirinya melakukan perilaku seks menyimpang,
serta bagaimana cara menghentikan alur proses yang menyimpang tersebut. Dalam
psikoterapi individual, individu dengan gangguan eksibisionistik juga dapat
diajarkan untuk mematahkan distorsi kognitif yang selama ini mereka gunakan
sebagai pembenaran perilaku penyimpangan mereka. Mereka juga dapat diajak untuk
belajar keahlian sosial, terutama dalam menjalin relasi sosial dan relasi intim
dengan lawan jenis secara sehat. Teknik Rekondisi Orgasmik, juga dapat
diperkenalkan. Dimana individu dengan gangguan eksibisionistik diajak untuk
menggantikan fantasi seksual eksibisionisme mereka dengan fantasi seksual yang
lebih sesuai secara normatif.
Selain itu, terapi kelompok atau dukungan kelompok sosial juga
dapat dilakukan. Hal ini dilakukan agar individu dengan gangguan eksibisionistik
merasa tidak sendiri dalam menghadapi gangguannya. Mirip dengan langkah-langkah
dalam Alcoholic Anonymous (AA), individu dengan
eksibisionistik akan didampingi oleh individu yang telah melampaui persoalan
terkait dengan gangguan eksibisionistik, harapannya agar mereka bisa
bekerjasama untuk membantu individu keluar dari persoalannya.
Terapi psikologis juga dapat dikombinasikan dengan intervensi
biologis agar cukup dapat menurunkan tingkat dan frekuensi kambuhnya
penyimpangan gangguan eksibisionistik.
- Pengobatan dengan hormonal: Obat Antiandrogenic, seperti: medroxyprogesterone dapat
mengontrol dorongan-dorongan seksual yang tadinya tidak terkontrol menjadi
lebih terkontrol. Arah keinginan seksual tidak diubah, tapi hasrat seksual
dikurangi secara signifikan. Diberikan per-oral.
- Pengobatan dengan neuroleptik, regulasi serotonin
digunakan untuk menghambat perilaku seksual.
·
Phenothizine: Memperkecil dorongan seksual dan mengurangi
kecemasan. Diberikan secara oral.
·
Fluphenazine
enanthate: Preparat modifikasi Phenothiazine.
Dapat mengurangi dorongan seksual lebih dari dua-pertiga kasus dan efeknya
sangat cepat.
- Pengobatan dengan obat penenang (transquilizer): Diazepam dan Lorazepamberguna
untuk mengurangi gejala-gejala kecemasan dan rasa takut yang menyertai
gangguan parafilia.
Perlu dipahami bahwa pemberian obat-obatan akan diberikan secara
hati-hati karena dalam dosis besar dapat menghambat fungsi seksual secara
menyeluruh. Pada umumnya obat-obat neuroleptik dan transquilizer berguna
sebagai terapi tambahan untuk pendekatan psikologis.
Berbagai pendekatan psikoterapi mesti dilakukan dengan
pendekatan yang cukup bijaksana, dapat menerima dengan tenang dan dengan sikap
yang penuh pengertian terhadap keluhan penderita. Menciptakan suasana dimana
penderita dapat menumpahkan semua masalahnya tanpa ditutup-tutupi merupakan
tujuan awal psikoterapi, karea pada penderita yang datang biasanya memiliki
kecemasan.
Referensi
American Psychiatric Association (2000). Diagnostic and
Statistic Manual of Mental Disorder IV-Text-Revision. Washington: APA.
American Psychiatric Association (2013). Diagnostic and
Statistic Manual of Mental Disorder V. Washington: APA.
Davidson, G.C., Neale, J.M., & Kring, A.M. (2010). Psikologi
Abnormal, edisi 9. Jakarta: Rajawali Pers.